Integritas Ilmu untuk Menggapai Hikmah
Integritas Ilmu untuk
Menggapai Hikmah
Oleh: Rochman Adinegara
(Anggota bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan PK IMM FAI UHAMKA 2015-2016 dan Ketua Umum BEM FAI UHAMKA 2015-2016)
Saat ini kita dihadapi oleh dunia yang global abad ke-21
serta perkembangan ilmu pengetahuan yang ditopang oleh kemajuan teknologi
informasi sehingga kita tidak dapat menyembunyikan diri dari pengaruh-pengaruh
global dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Pendidikan tidak terlepas
dari perubahan besar di dalam pemikiran manusia dalam era globalisasi. Manusia
adalah satu-satunya makhluk yang ditakdirkan untuk memperoleh pendidikan sebagai
makhluk yang bebas dan berakal budi. Di dalam lingkungannya manusia menentukan
sendiri posisinya untuk menggapai kebebasannya dan keterikatan manusia dalam
proses perkembangan kemanusiaan.
Jika kita memahami sebuah sejarah, bahwa ilmu yang saat ini
digunakan dan perkembangan yang pesat dalam sebuah proses kemajuan untuk hidup
berbangsa dan bernegara, tidak terlepas dari peran seorang manusia yang membawa
perubahan dari zaman jahiliyah ke zaman ilaihi nur serta peran
para khalafaul rasyidin dan para ilmuan muslimin yang hidup dizamannya.
Ilmu yang digunakan pada saat itu, membawa ummat manusia ke dalam gerbang
kebahagiaan dunia dan akhirat, bahkan ketika eropa dijuluki zaman kegelepan
atau dark ages, ilmu yang dapat menerangi kehidupan mereka. Seperti yang
dijelaskan didalam al-qur’an surat al-mujaadilah ayat 11, Allah SWT berfirman “Barang
siapa yang menuntut ilmu dan beriman kepada Allah, maka Allah akan menaikinya
beberapa derajat. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Namun seiring dengan perubahan zaman sampai saat ini, ilmu
yang seharusnya membawa kedalam gerbang kebahagiaan dunia dan akhirat, semakin
jauh dari harapannya karena adanya dikotomi dalam perkembangannya, karena ilmu
digunakan tidak berpijak diatas bumi untuk mendengar dan menyelesaikan
permasalahan kemanusiaan seperti yang terjadi di negara-negara timur tengah
yang sampai saat ini terus terjadi
bahkan sampai menyebar ke seluruh dunia.
Adanya perkembangan ilmu dengan adanya berbagai macam
teori-teori menyebabkan terjadinya perubahan secara universal yang
terjadi di dunia. Dengan teori-teori tersebut, seharusnya diperuntukkan untuk
mengangkat harkat dan martabat ummat manusia bukan menindas terhadap sesama,
apalagi saling membedakan antara golongan, seperti yang terjadi hampir
diseluruh dunia. Dalam al-qur’an surat al-hujuurat ayat 13, Allah SWT berfirman
yang artinya “Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Teori-teori yang dilakukan oleh para ilmuan bertolak belakang
dengan apa yang terjadi dilapangan, dikarenakan ilmu yang seharusnya dipelajari
dan dinikmati oleh ummat manusia tidak lagi berpijak, hanya dipelajari oleh
orang-orang yang memiliki kekuasaan dan memiliki modal yang besar sehingga
terjadinya disparatis pendidikan. Menurut Profesor Bahm ahli filsafat
yang beragama Katolik dari Amerika mengatakan ”Kecemasan masyarakat dunia
sekarang ini dimana manusia yang maju dalam ilmu pengetahuan, tetapi tidak
dapat melepaskan manusia dari kemelut hidup, bahkan ilmu yang mereka miliki
itu, membawa keresahan dan menggerogoti ketenangan hidup”. Kenyataan inilah
yang jauh sebelumnya telah dilukiskan Allah didalam al-qur’an surat al-ghofir
ayat 21, Allah SWT berfirman yang artinya “Dan apakah mereka tidak
mengadakan perjalanan dimuka bumi, lalu memperhatikan betapa kesudahan
orang-orang yang sebelum mereka. Mereka itu adalah lebih hebat kekuatannya dari
pada mereka dan (lebih banyak) bekas-bekas mereka dimuka bumi ini, maka Allah
mengazab mereka disebabkan dosa-dosa mereka dan mereka tidak mempunyai
seorangpun pelindung dari azab Allah.”
Indonesia merupakan negara yang
mayoritas ummat Islam yang kaya kebudayaannya namun tidak sedikit yang menilai
Indonesia bukan negara Islam karena manusianya masih melalaikan nilai-nilai
dalam ajaran Islam, bahkan sesuatu yang seharusnya biasa dilihat menjadi
sesuatu hal yang aneh, hal tersebut terjadi karena ilmu dikembangkan bukan
untuk menggapai hikmah, seperti kurangnya minat membaca buku, menjaga
kebersihan dan yang paling hebat manusia mampu melakukan penelitian untuk
menghidupkan dan mematikan manusia, sehingga bertentangan dengan keyakinan kita
kepada sang khaliq dll. Dalam al-qur’an surat al-baqarah ayat 148, Allah
SWT berfirman yang artinya “Dan tiap-tiap ummat ada kiblatnya (sendiri) yang
ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat kebaikan).
Dimana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari
kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Telah terbukti sekarang ini, bahwa kehebatan teknologi,
biologi, kimia, tanpa bimbingan agama, tanpa didasari keyakinan bahwa segala
langkah yang dikejakan dimuka bumi ini, akan dipertanggung jawabkan dihadapan
pengadilan Allah di akhirat kelak, maka kehebatan karya ummat manusia itu akan menjadi
ancaman dahsyat bagi ummat manusia itu sendiri.
Peran negara juga sangat sentral dalam perkembangan kualitas
ilmu yang akan dimiliki oleh putra dan putri bangsa yang akan melanjutkan
cita-cita pendiri bangsa yang mayoritas dari mereka merupakan tokoh ummat
Islam. Pembukaan UUD 1945 dengan jelas mengamanatkan arah tujuan nasional dari
pembentukan NKRI untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.
Namun kenyataan saat ini tidak sesuai dengan pembukaan UUD
1945, tidak sedikit dari mereka yang integritas Ilmu dipertanyakan seperti
banyaknya pejabat pemerintah yang menduduki istana negara dan gedung MPR/DPR
yang terlibat kasus korupsi, kolusi dan napotisme, aparat negara seperti
kepolisian, hakim dan jaksa yang tidak sepenuhnya bisa berbuat adil karena
hukum tumpul ke atas dan tajam kebawah, seks bebas dan merokok sehingga tidak
memiliki integritas ilmu yang baik untuk dijadikan contoh oleh putra dan putri
bangsa, oknum-oknum yang berada di perintahan juga tidak membatasi
barang-barang dari luar negeri yang dapat terdoktrinnya putra dan putri bangsa
sehingga berakibat semakin jauhnya kebudayaan lokal yang semestinya dijaga dan
diwariskan kepada putra dan putri bangsa.
Menurut penulis dunia
sedang terjajah melalui ilmu yang memiliki berbagai macam toeri-teori, maka
perlu adanya integritas yang terbentuk dalam diri manusia dalam mengembangkan
ilmu, sehingga integritas ilmu untuk menggapai hikmah bisa menjadikan ummat
manusia kedalam gerbang kebahagiaan dunia dan akhirat seperti dahulu kala
sebagai manusia yang bebas dan berakal budi. Misalnya menjadi guru, dosen, instruktur,
bukan sekedar menjalankan tugas mengajar, tetapi lebih dari pada itu, bertujuan
mewariskan ilmu yang bermanfaat, untuk menciptakan tunas-tunas bangsa yang
berwawasan, beragama, berakhlak dan berilmu tinggi. Untuk menciptakan estapet
kepemimpinan bangsa yang berkualitas.
Oleh karena itu pentingnya kita menggapai hikmah dengan ilmu
yang kita miliki. Di dalam al-qur’an surat al-baqarah ayat 269, Allah SWT
berfirman “Dia memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki. Barang siapa
diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak
ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal
sehat.” Begitu pula hadist berikut “tidak boleh iri kecuali kepada dua
orang, orang yang diberi harta oleh Allah kemudian ia mengggunakannya dalam
kebenaran dan orang yang dianugerahi hikmah kemudian ia melaksanakan dan
mengajarkannya. (Shahih al-Bukahri No. 7141)
Referensi
HBR,
HA. Rahman. 2013. Sentosa di Dunia dan Bahagia di Alam Baqa. Lampung
Komentar
Posting Komentar